Sepeninggal Ramadan

Rindu Ramadan

Ramadan telah sekian hari berlalu. Seperti kata Acil Bimbo, "Setiap akhir Ramadan, hamba rindu lagi ramadan", saya juga merindu lagi Ramadan.

Mungkin bukan saya saja, anda yang menjalankan ibadah di bulan Ramadan juga pasti merasakan hal yang sama. Karena Ramadan menghadirakan suasana yang sama sekali berbeda dengan hari-hari biasanya.

Tapi kerinduan kali ini, lebih pada rasa penyesalan sebenarnya. Bukannya saya ingin segera memulai bulan Ramadan yang  baru, tapi seandainya mampu, saya ingin mengulangi Ramadan tahun ini karena banyak sekali target-target yang tidak tercapai!

Target yang tidak tercapai adalah dalam hal membaca dan mempelajari Al Qur'an dan buku-buku tentang Al Qur'an. Seperti lumrahnya, Ramadan selain dikenal sebagai bulan Puasa, juga dikenal sebagai bulan Al Qur'an, bulan ketika pertama kali Al Qur'an diwahyukan ke bumi, dibawa sedikit demi sedikit oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

Nah, saya sendiri sudah melupakan target ODOJ, One Day One Juz dan lain sebagainya. Karena selalu tidak tercapai! Sekarang lebih mementingkan istiqamah membaca Al Qur'an dengan tartil pada waktu tertentu, dengan jumlah waktu yang mudah tercapai.

Target Ramadan

Untuk kompensasi kegagalan mencapai target khatam Al Qur'an, saya menargetkan lebih mendalami melalui belajar Bahasa Arab, membaca buku-buku tentang Al Qur'an, dan tadabbur Al Qur'an. 

Bahasa Arab sendiri saya sudah mulai belajar agak serius sejak tahun 2018 lalu, meskipun kemajuannya sangat lambat, tapi saya cukup terhibur karena dapat terus istiqamah, walaupun kadang sangat ingin menyerah.

Belakangan ini saya lebih menggunakan buku pelajaran Bahasa Arab yang khusus ditulis supaya dapat memahami Al Qur'an. Jadi tidak sekedar berputar sekitar morfologi (sharaf) dan syntax (nahwu) seperti ketika saya mulai belajar di awal.

Buku-buku yang ditargetkan untuk dibaca pun sebenarnya adalah buku-buku yang telah saya baca sedikit demi sedikit selama beberapa tahun ini. Mulai dari sejarah dalam Al Qur'an, ulum al Qur'an, ulum At Tafsir, adab mempelajari hingga menghafal Al Quran, serta pemahaman tema-tema khusus dalam Al Qur'an.

Untuk tadabbur Al Qur'an, sebenarnya saya sudah mengikuti grup tadabbur yang kegiatannya mingguan. Sayang sekali saya tidak dapat istiqamah. Seperti biasa, saya masih sulit untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan bersama-sama. Ini berulang kali terjadi sebenarnya, dari mulai grup belajar Bahasa Arab, grup Tahsin, grup Ngaji Kahfi, dan grup-grup lainnya yang saya tinggalkan sebelum saya juga akhirnya meninggalkan grup Tadabbur Al Qur'an.

Kini praktis saya melakukan kegiatan belajar sendiri, atau maksimal privat dengan guru secara online. Lumayan dari pada tidak sama sekali, itu adalah kata-kata yang diulang-ulang untuk menghibur diri sendiri.

Daftar buku untuk dibaca di bulan Ramadan

Berikut ini dalah buku-buku yang saya targetkan untuk dibaca ulang selama Ramadan. Sengaja saya pasang di sini, siapa tahu ada teman-teman yang juga pernah membacanya jadi bisa sharing  atau kalau yang belum, siapa tahu jadi tergerak juga ikut membaca.

  1. Ulum Al-Quran: An Introduction to the Sciences of Quran oleh Ahmad von Denffer.
    gambar dari sini
    2. Usool at-Tafseer The Methodology of Qur'anic Interpretation oleh Dr. Abu Ameenah Bilal Philips. 
    gambar diambil dari sini
    3. Understanding the Quran: Themes and Style  oleh Muhammad Abdel Haleem.
    Gambar diambil dari sini

Serial Video Tadabbur Al Qur'an

Yang baru di bulan Ramadan tahun ini adalah menonton serial video tadabbur Al Qur'an dari Ustadz Nouman Ali Khan di Youtube. Ini adalah langkah yang sangat fenomenal bagi saya. Karena saya adalah book person yang anti sekali menonton video untuk mendapatkan informasi. Saya sering merasa menonton video itu banyak mubazirnya, terlalu banyak intro, belum lagi saya sering kurang sreg dengan penampilan si pembicara, gaya bicara, gaya penyampaian, atau apalah itu 1001 alasan yang sebenernya bisa saya tulis di sini kalau saya mau.

Tapi kali ini, saya ternyata lumayan bisa menonton serial ini. Alasan pertama mungkin karena serial ini direkomendasikan oleh guru ngaji (grup kecil cuma 4 orang) saya, yang sudah tahu kalau saya malas menonton ceramah uztadz, apalagi yang full face isinya muka dowang!


Saya menyukai serial video ini karena cara menjelaskannya langsung dari segi semantik, juga cara mengajar dan tata bahasa (disampaikan dalam Bahasa Inggris) yang sangat baik. Masalah alergi menonton ustadz ceramah di depan kamera, bisa saya atasi dengan hanya mendengarkan melalui earphone, tanpa memandang layar. Cukup membuka al Qur'an yang sedang dibahas. Beruntung sekali, ustadz ini tidak banyak membuat intermezzo seperti banyak ustadz-ustadz lain yang biasaya sering saya skip begitu saja.

Sepeninggal Ramadan

Saya masih menyisakan ulum at Tafseer yang masih belum dibaca. Juga beberapa episode tadabbur Al Qur'an yang belum saya tonton. Jadilah saya mulai membaca sedikit demi sedikit, dan melanjutkan menonton serial video itu.

Hanya saja, ternyata suasana Ramadan memang telah hilang, sehingga kenikmatan yang didapat juga berkurang jauh. Itulah sebabnya, sepeningal Ramadan hamba ingin mengejarnya dan memintanya kembali untuk tinggal sebentar lagi, sampai hamba menyelesaikan target hamba.....

bersambung

Comments

Tulisan Terpopuler

Flowers for Algernon by Daniel Keyes, Charlie si Jenius Dungu oleh Daniel Keyes

Antara Angelina Jolie dan Marie Kondo

Serba-serbi Buku Jepang; (1) Ukuran, Harga, dan Genre