Serba-serbi Buku Jepang; (1) Ukuran, Harga, dan Genre

Pertama kali datang di Jepang 20 tahun lalu, saya sangat kagum dengan perpustakaan dan toko buku Jepang. Lebih kagum lagi dengan deretan orang Jepang di dalam kereta yang sebagian besar membaca buku (kalau sekarang "membaca" layar smartphone).

Kekaguman saya yang paling besar adalah betapa imutnya buku-buku yang mereka baca di dalam kereta. Ukuran buku imut itu hanya setelapak tangan saja. Kemudian kekaguman akan harga buku imut-imut tersebut yang rata-rata hanya sekitar 30-50 ribuan rupiah. Bayangkan!

Belum lagi kalau mengunjungi toko buku bekas, buku-buku imut itu hanya dijual seharga 10 ribuan saja!

Tapi waktu itu saya hanya bisa melongo, karena tidak bisa berbahasa Jepang,  mustahil membaca buku-buku bahasa Jepang dengan huruf kanji yang sulit itu .

Keinginan membaca cukup dipuaskan dengan membaca buku-buku berbahasa Inggris di perpustakaan daerah, yang koleksinya sangat menyedihkan karena jumlahnya sedikit sekali. 

Bahkan di toko-toko buku pun sedikit sekali dijual buku berbahasa Inggris, lagipula harganya sangat mahal. Jangan tanya buku-buku bekasnya, lebih sedikit lagi, itupun dengan harga yang tidak masuk akal untuk ukuran buku bekas!

Ukuran Buku dan Harganya

Buku-buku Jepang dengan ukuran yang berbeda

Setelah saya sedikit demi sedikit berlatih membaca buku berbahasa Jepang, barulah saya mengenal berbagai ukuran buku-buku yang diterbitkan di Jepang.

Berawal dari suatu pagi saat saya menonton berita di TV tentang sebuah novel baru pemenang penghargaan karya novel bergengsi yang konon ceritanya sederhana dan tulisannya sebagian besar dalam huruf hiragana. Penulisan huruf kanji yang seperti cacing joget diusahakan seminim mungkin. Jadilah saya penasaran ingin membeli novel itu.

Singkat cerita, setelah berlelah-lelah pergi ke Kinokuniya di Shinjuku, saya mendapatkan novel itu.

Ternyata novel itu berwujud hard cover selayaknya buku-buku biasa (bukan buku imut-imut idaman saya), dan hargnya mahal sekali! 

Tentu saja dengan sedikit berat hati saya membeli buku itu. Tapi kejadian itu membuat saya mulai memperhatikan ukuran  buku-buku dan bagaimana sebuah buku diterbitkan di Jepang dengan ukuran yang unik itu.

Ukuran Buku di Jepang

Ada beberapa ukuran buku yang umum diterbitkan di Jepang. Bukan hanya ukurannya, tapi juga edisinya. Ada buku yang diterbitkan berjilid-jilid, dalam kemasan eksklusif dengan sarung buku (sleeve case), atau seperti lumrahnya cetakan hard cover atau soft cover, juga buku saku yang ekonomis. 

Berikut gambar ukuran penerbitan secara umum di Jepang berdasarkan ukurannya: dimulai dari ukuran buku yang paling kecil, disebut bunko 文庫, buku umum, majalah, tabloid, hingga yang terbesar yaitu harian surat kabar/koran.

Dimensi ukuran buku di Jepang, diambil dari Daiichi Shinsatu

Ternyata penerbitan buku yang paling lumrah di Jepang adalah ukuran B5, A5. Untuk novel biasanya ukurannya adalah B6, dan dua ukuran khusus buku Jepang bunko 文庫, dan sinsho 新書.  

Visualisasi ukuran buku di Jepang, diambil dari lowcost print


Ukuran Buku Unik di Jepang, Genre dan Penerbitnya

Tankobon 単行本

Ukuran ini adalah ukuran buku yang lumrah dipilih ketika buku diterbitkan untuk pertama kalinya. Berukuran 128x182 mm atau 128x188 mm, dengan berbagai macam jenis genre, baik dalam bantuk hardcover maupun softcover

Shinsho 新書

Ukuran ini biasanya untuk buku nonfiksi berupa esai atau penerbitan bertema isu-isu baru, atau memperkenalkan know-how untuk pemula dalam berbagai bidang. Berukuran 105x175 mm, biasanya softcover dan cukup compact sehingga bisa dibilang sebagai buku saku juga.

Penerbit buku dalam ukuran sinsho yang pertama kali adalah Percetakan Iwanami. Konon Iwanami menerbitkan buku berukuran sinsho ini pertama kali pada tahun 1938, mengekor penerbita Pelican Books diterbitkan pada tahun 1937 berukuran 174x108 mm. 

Karena terbilang genre shinsho lumayan terspesialisasi nonfiksi keilmuan,  ada juga best shinsho award loh!

Bunko 文庫

Ukuran buku paling kecil, hanya 105x148 mm. Biasanya untuk novel, manuskrip, kumpulan puisi. Ukuran ini biasanya dipilih ketika menerbitkan buku untuk jumlah pembaca yang besar dengan harga yang ekonomis. 

Buku-buku laris juga biasa diterbitkan kembali dalam ukuran ini supaya bisa dibaca oleh siapa saja karena harganya jauh lebih terjangkau dibanding saat buku ini diterbitkan pertama kali dalam ukuran tankobon. Jadi sebuah novel yang awalnya diterbitkan dalam ukuran tankobon, bisa diterbitkan kembali dalam ukuran bunko setelah beberapa waktu. Nah, biasanya kalau saya meminjam buku di perpustakaan, saya mengincar buku dalam versi bunko-nya yang berukuran kecil.

Pencinta buku tentu lebih memilih mengoleksi buku favoritnya dalam ukuran ini, karena ringkas sehingga dapat menyimpan buku dalam jumlah yang besar meskipun tempatnya terbatas.


Diterjemahkan dari Valuebooks

Comments

  1. Udh speechless lah kalo baca ttg kebiasaan baik orang Jepang, mulai budaya antri, buang sampah sampai baca buku. Waktu aku ke Jepang dulu, juga seriiing melihat orang2nya baca buku dalam kereta.

    Jadi tahu juga kalo ukuran buku di sana bermacam2 mba. Enak juga kalo ada buku saku yaaa. Aku pernah liat di toko buku gramedia, tp ga banyak pilihan kalo di sini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang lebih banyak yang hape-an tapi ternyata itu juga baca buku juga banyak.

      Iya, buku bacaan biasa bentuk kecil yang portable, butuh bangeut! Saya gak bisa baca buku di hape kalo di kereta :)

      Delete

Post a Comment

Tulisan Terpopuler

Flowers for Algernon by Daniel Keyes, Charlie si Jenius Dungu oleh Daniel Keyes

Antara Angelina Jolie dan Marie Kondo

Selesai sudah tugas membesarkan anak! 子育てはもう卒業します oleh Miu Kakiya