Permainan Pura-pura Sakit, かぜひきごっこ、oleh Hiro Miyakawa
Perhatian : HANYA untuk dibaca Ibu Rumah Tangga.
かぜひきごっこ, kaze hiki gokko, atau terjemahan verbatimnya "permainan pura-pura sakit" adalah buku untuk anak usia SD kelas rendah yang terbit pertama kali tahun 1989. Tokoh utamanya adalah seorang anak perempuan kelas 2 SD bernama Yuuko-chan, yang tinggal besama kedua orangtua-nya yang sama-sama bekerja dan berbagi tugas pekerjaan rumah tangga. Mereka tinggal bersebelahan rumah dengan kakek dan neneknya. Sang Kakek adalah pensiunan guru pelajaran seni rupa SMP, dan sang nenek adalah ibu rumah tangga yang mengurusi semua urusan rumah tangga.
Ketika saya meminjam buku ini (murni saya pilih karena covernya, ilustrator buku ini termasuk favorit saya), karena saya pikir mungkin isinya tentang anak yang pura-pura sakit karena malas sekolah. Maklum, di rumah saya ada tuh yang suka tiba-tiba sakit perut kalau disuruh mengerjakan PR 😜
Ternyata, Permainan Pura-pura Sakit adalah tradisi keluarga Yuuko-chan menjelang akhir tahun, masa-masa paling sibuk baik di rumah maupun di kantor2. Karena menjelang libur tahun baru pekerjaan kantor harus dikebut, rumah juga harus bersih-bersih besar menyambut tahun baru. Nah, biasanya Ayah Ibu dan Yuuko-chan bergantian pura-pura sakit, sehingga tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang sudah menjadi tugasnya, dan hanya bermanja-manja "dirawat" oleh yang kebagian bertugas berperan sebagai orang sehat.
Nah, sayangnya Kakek dan Nenek tidak bisa diajak permainan ini, karena mereka masih menjalankan kebiasaan kuno; Nenek mengerjakan semua urusan rumah tagga, dan Kakek hanya tinggal menikmati dilayani Nenek. Bahkan mengambil baju gantinya sendiri saja kakek tidak bisa! Yuuko-chan sering menggerutu kepada Kakeknya untuk tidak diam saja dan membantu Nenek yang sudah menjelang ulang tahun ke-68. Juga sering mengingatkan neneknya untuk tidak memanjakan sang kakek.
Tahun ini, Yuuko-chan berniat mengajak sang Nenek untuk ikut dalam permainan. Pada hari yang ditentukan, Nenek harus pura-pura sakit dan tidak melakukan pekerjaan rumah tangga sama sekali. Lalu Yuuko-chan merawat Nenek, membawakan sarapannya ke tempat tidur. Betapa kesalnya Yuuko-chan, karena Nenek tetap "bandel" membuatkan sarapan untuk Kakek, dan Kakek tetap "muka tebal" tidak mengurusi sarapan Nenek.
"Begitulah kebiasaan jaman dahulu, Nak. Meskipun semua orang bekerja, sudah lumrahnya laki-laki bekerja di luar rumah, di sawah dan di ladang. Dan dahulu perempuan jarang bisa menemukan pekerjaan di luar rumah, jadi mereka membagi tugas pekerjaan rumah kepada perempuan. Kalau jaman Ayah dan Ibu sudah berbeda, semua bisa bekerja di luar rumah, dan sama-sama biasa membagi tugas mengerjakan pekerjaan rumah tangga", Ibu menjelaskan kepada Yuuko-chan.
Walaupun begitu, ketika Ayah menjalani peran sebagai orang sakit yang tidak melakukan pekerjaan apa-apa dan semua dilayani Ibu, Yuuko-chan melihat Ibu yang terlihat berseri-seri melayani semua kebutuhan Ayah.
のんびりと寝ることだけを考えている今日のお父さんは、優しい顔をしています。
Ayah yang tugasnya hanya bersantai-santai dan tidur-tiduran saja tanpa harus memikirkan apapun terlihat rileks dan ekspresinya lembut penuh kasih.
そのお父さんに、おいしいものを食べさせることだけを思っているお母さんも、いつもの何倍もきれいでした。
Sedangkan Ibu, yang tugasnya hanya memikirkan memberi makanan enak untuk ayah yang lembut hati, terlihat jauh lebih cantik dari biasanya.
Bayangkan betapa idealnya, jika kondisi seperti ini berlanjut setiap hari seumur hidup!
Sayangnya, kenyataan tidaklah demikian. Meskipun saya yakin, kita yang memilih menjadi Ibu Rumah Tangga senang memanjakan suami dan anak-anak, kita melupakan satu hal yang penting: Kemandirian suami dan anak-anak, dan Kebutuhan untuk sekali-sekali bermanja-manja dan dilayani orang lain.
Mereka, ibu-ibu bekerja, sudah dengan otomatis berbagi tugas pekerjaan rumah tangga dengan suami dan anak-anaknya. Jika misalnya mereka sakit, suami pun tidak terlalu kerepotan karena sudah biasa mengerjakan pekerjaan rumah. Begitu juga dengan anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, mereka dapat mengurus dirinya sendiri. Jadi jika mereka sakit, tidak perlu memaksakan diri mengurusi suami dan anak-anak mereka.
Pasti kita mau ngeyel membantah, "Tapi kan kita tidak bekerja di luar rumah, rasanya tidak pantas kalau tugas kita mengerjakan pekerjaan rumah tangga juga harus dibagi dengan suami dan anak-anak. Padahal mereka sudah bekerja keras di kantor dan di sekolah".
Kita sebagai ibu rumah tangga harus memiliki "sense of crisis" jika terlalu menikmati peran "selalu ingin melayani dan membahagiakan suami dan anak-anak". Bagaimana jika kita meninggal lebih dahulu? Bisa-bisa suami kita nanti sakit dan kelaparan. Anak-anak perempuan kita, yang menikmati pendidikan untuk dapat bekerja di luar rumah tapi terbiasa hanya melihat ibunya saja yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga akan terbebani karena berpikir setelah bekerja dia harus melakukan seluruh pekerjaan rumah. Yang lebih parah, anak laki-laki kita juga tentu akan menjadi bujang lapuk, tidak akan ada perempuan yang mau menikah dengannya karena mereka kolot; taunya cuma berkeja di kantor dan tidak berbagi tugas pekerjaan rumah tangga denga istrinya!
Jadi, wahai para ibu rumah tangga, mari berbagi pekerjaan rumah tangga dengan suami dan anak-anak kita. Kalaupun tidak setiap hari, bisa juga bikin permainan pura-pura sakit ala Yuuko-chan.
Kembali ke lanjutan cerita, ternyata beberapa hari kemudian Yuuko-chan mendapati sang Kakek kursus memasak. Terbukti kemudian Kakek akhirnya bisa masak dan bahkan membuat masakan yang wah dalam rangka merayakan ulang tahun Nenek. Ternyata Kakek bukan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga, Kakek hanya tidak bisa dan tidak di-biasa-kan (oleh lingkungannya) untuk mengerjakannya. Akhirnya kisah ditutup dengan gurauan Kakek yang minta diajak ikut permainan pura-pura sakit tahun depan, karena sekarang sudah bisa masak dan bisa memanjakan Nenek! :)
Eh, Anda bukan Ibu Rumah Tangga tapi ikut membaca?Tentu saja tidak apa-apa, karena saya cuma ingin berbagi ide bahwa, pekerjaan rumah tangga itu sejatinya adalah life skill yang penting untuk setiap orang, termasuk Anda :)
Aku bukan tipe yg suka melayani tiap waktu malah 😅. Malah terkadang suami juga melakukan kerjaan rumah tangga, dan dia juga yg paling banyak ngurusin kami sekeluarga kalo ada yg sakit.
ReplyDeleteKdg ga kebayang sih ama kehidupan zaman dulu di mana suami memang sangaaat dimanjakan atau dilayani istri sampe segitunya. Krn papa ku juga gitu mba. Sementara aku ga bisa ngikutin cara mama yg seolah harus 100% nurut kata suami ga peduli suka atau ga. Mungkin yg ada perang dunia kalo aku dan suami begitu 😂
Keluarga suami kayak gitu, dan suami berharap seperti itu. Saya sendiri gak kerja jadi menganggap mengurus suami adalah pekerjaan saya. Ada waktu2 yang saya malah tersinggung kalau suami masuk dapur hahaha. Tapi alhamdulillah sudah mulai berkurang sedikit2, minimal udah gak cemberut kalau suami bikin toast sendiri.
Delete