Posts

Showing posts from December, 2019

100 Halaman Kedua The Muqaddimah, oleh Ibnu Khaldun

Image
Sifat alamiah suku-suku nomaden yang membatasi pada kebutuhan hidup yang paling mendasar, berpindah tempat sesuai dengan kebutuhannya, menghidupi dan melindungi keluarga dan kelompoknya secara mandiri, menjadikan mereka sebagai antithesis dari peradaban yang kita kenal pada hari ini. Mereka tidak menetap di sebuah desa/kota bahkan negara (stateless). Mereka mencukupi dirinya sendiri, sehingga mereka tidak perlu membayar pajak untuk kesejahteraan hidup maupun perlindungan yang diselenggarakan oleh sebuah pemerintahan dan militer negara. Satu-satunya yang mereka andalkan adalah, assabiyah (group feeling), solidaritas dengan sesama anggota kelompoknya. Di sisi lain, suku-suku nomaden bersifat liar (savage) dan tidak tunduk pada hukum. Mereka tidak menghormati hak kepemilikikan bahkan hak hidup oranglain, dan menimbulkan konflik dengan suku-suku sedentary yang menetap dan tunduk pada hukum sebuah negara. Satu-satunya pengendali yang dapat menundukkan sifat liarnya adalah ajaran agama.

100 Halaman Pertama The Muqaddimah, oleh Ibnu Khaldun

Image
Buku ini ditulis tahun 1377, masih jaman episiklis temuan Ptolemy (heliosentris baru terbuka tahun 1546 setelah Copernicus wafat). Tidak ada hal yang dianggap terlalu remeh untuk dibahas, perbandingan astronomi dengan astrologi, kenabian dengan sihir, tafsir mimpi, wangsit, maupun wahyu, bahkan perbedaan antara gila dan dungu. :p Kebudayaan nomaden arab baduy yang berpindah tempat, membatasi kepemilikan hanya pada kebutuhan , meninggalkan kenyamanan, boro-boro kemewahan lebih alamiah bagi manusia ketimbang kebudayaan sedentary yang menetap di suatu tempat, mengumbar keinginan, memuja kebendaan, jatuh kepada kemalasan, dan kelemahan. Suku-suku nomaden menjunjung tinggi ikatan darah, warisan keluhuran budi, menjaga harkat dan martabat nenek moyang. Oleh karenanya, mereka membawa nama-nama leluhur mereka dalam nama2 mereka. Sementara mereka-mereka yang hidup menetap, memilih mengaitkan statusnya pada kota tempat tinggal, koneksi kepada kekuasaan, dan meninggalkan nilai warisan lel

珈琲屋の人々,kouhiiya no hitobito, Orang-orang Kedai Kopi, oleh You Ikenaga

Image
Kalau anda seperti saya, yang senang menonton Keiji Dorama, sinetron detektif Jepang, mungkin anda tau kebiasaan yang berlaku bagi terpidana pembunuhan di Jepang. Menjalani hukuman kurung badan atau pemenjaraan adalah untuk menebus dosa merampas hak hidup seorang manusia lain. Tapi ada satu dosa lain yang tidak terhapus oleh bertahun-tahun terkurung di penjara; menebus waktu yang seharusnya dihabiskan korban dan keluarganya jika saja ia tidak tewas dibunuh. Kousuke Souda, adalah seorang pemuda anak barista kedai kopi "Kouhiya" di pertokoan kota kecil, biasa disebut shoutengai 商店街. Saat Jepang mengalami masa pertumbuhan ekonomi tinggi, dan mengalami periode bubble, harga tanah di kawasan niaga melambung tinggi. Begitu juga toko-toko dan kedai-kedai tradisional shoutengai yang diincar oleh pengusaha ritel raksasa. Mereka menjadi target yakuza makelar tanah, yang haus uang persenan transaksi jual beli tanah. Kekejaman yakuza menggelapkan mata Kousuke Souda hingga tang