Saturday, June 1, 2019

The Little Book of Hygge, The Danish Way to Live Well oleh Meik Wiking

The Little Book of Hygge,
The Danish Way to Live Well
Meik Wiking
Penguin Random House, 2016
ISBN 978-0-241-28391-2
Sebuah buku kecil yang indah, ditulis oleh seorang profesor yang meneliti happiness, kebahagiaan, di Institut Penelitian Kebahagiaan Kopenhagen, Denmark. Buku berisi 287 halaman cerita santai dengan data yang disandingkan bersebelahan dengan foto-foto yang indah dan ilustrasi yang menarik. 

PBB merilis World Happiness Report pertama kali pada tahun 2012, dengan Denmark pada peringkat pertama. Denmark terus berada di peringkat atas, bersama dengan Findlandia dan Belanda. Mengapa Denmark adalah negara terbahagia di dunia? padahal iklim Denmark sangat tidak bersahabat, dan termasuk negara dengan pajak yang tinggi.

Pajak yang tinggi, menurut penulis, tidak dianggap sebagai disincentive melainkan sebuah investasi sosial. Investasi yang memberikan jaminan kesehatan universal dan gratis, serta pendidikan gratis hingga universitas bagi seluruh warga negaranya. Kebijakan ekonomi Denmark disebut penulis seluruhnya difokuskan untuk membebaskan warga negaranya dari risiko, ketidakpastian, kekhawatiran dan kesengsaraan luar biasa (extreme unhappiness). Penulis bersenda bahwa setelah terbebas dari semua tekanan itu, warga Denmark tidak perlu memikirkan apa-apa lagi selain memaksimalkan waktu luangnya, jadi tidak aneh kalau mereka sibuk menciptakan desain-desain pernak-pernik interior yang indah dan berseni. 

Musim dingin yang panjang, gelap dan lembab justru menciptakan gaya hidup yang kini mendunia, Hygge, terlihat dengan menjamurnya restoran hygge atau kafe hygge, termasuk di Jepang. Menyusul tren interior dan kuliner yang telah lebih dulu populer. Hygge secara batiniah adalah perasaan dicintai, hangat dan aman (loved, warm, and safe). Sedangkan secara lahiriah adalah redup, lekang, dan perlahan (dimmed, rustic, and slow). Untuk menikmati musim dingin yang panjang, The Danes, orang-orang Denmark, memaksimalkan pencahayaan melalui lilin-lilin dan lampu-lampu yang didesain indah dan fungsional, selimut-selimut tebal dan bantal-bantal kursi yang empuk, sweater yang hangat dan lembut. Hygge mengintegrasikan seluruh faktor-faktor yang menciptakan kebahagiaan; keakraban, kehangatan, dan rasa aman dari ancaman cuaca yang dingin dan keras di luar rumah.

Lalu bisakah Hygge diterapkan di luar Denmark? Penulis kembali ke faktor-faktor yang menjadi penilaian utama World Happiness Report PBB: 
1. Faktor kepuasan. 
Apakah anda bahagia dengan kehidupan anda saat ini (menggunakan skala 1-10, 10 adalah sangat puas)? 
2. Faktor hedonic/perasaan.
Perasaan apakah yang anda rasakan dominan dalam keseharian anda?
3. Faktor eudaimonic/makna.
Apakah anda merasa hidup anda bermakna?

Terlepas dari faktor-faktor Hygge yang unik hanya diterapkan di Denmark, faktor-faktor kebahagiaan manusia adalah universal; merawat hubungan sosial yang erat, meresapi keseharian dengan seksama, dan mensyukuri setiap hal kecil yang terjadi setiap hari. Kebahagiaan bukanlah hal besar yang jarang terjadi, tapi justru hal-hal kecil yang terjadi setiap hari. Tulisan yang mengantarkan saya pada kesimpulan akhir, rasa tidak bahagia itu lahir dari "lupa" menikmati dan mensyukuri hari-hari yang kita jalani.



2 comments:

  1. Buku ini ada di list yang akan saya baca. Sangat menarik, karena menambah informasi tentang budaya lain. Terima kasih sharingnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menarik dan relaxing juga. Terimakasih Phebie.Ditunggu sharing versi Phebei :)

      Delete