Saturday, May 4, 2019

Mengerti tentang ASD dan Mengasuh Anak dengan ASD

Apakah ASD (Autism Spectrum Disorder)?

Ciri-ciri ASD adalah:
1. Kesulitan berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain
2. Rigiditas dan minat pada hal tertentu yang berlebihan
3. Indera yang terlalu sensitif, dan penguasaan motorik yang lemah


Ketiga ciri tersebut terasa terlalu umum, mungkin saya dan anda juga merasa memiliki salah satu dari ketiga ciri tersebut. Itulah mengapa autisme disebut spektrum, karena intensitasnya beragam, tapi terus bersambungan, seperti pelangi yang berbeda warna tapi setiap warna tidak terpisah, sebuah spektrum.

Buku ini mengibaratkan ASD seperti minuman sirup plum, ada yang pekat dan ada yang encer, tapi rasa sirup plum-nya tetap ada.

ASD, bukan sebuah penyakit, yang melalui treatment tertentu (pada kasus-kasus indera yang sangat sensitif, kadang diperlukan obat-obatan) lalu kemudian menjadi "sembuh". ASD adalah kelainan dalam pertumbuhan dan cara kerja otak, jika mendapatkan treatment yang baik dan seiring dengan berjalannya waktu, anak-anak dengan ASD juga bisa "tumbuh" meskipun untuk mencapai milestone tertentu diperlukan lebih banyak waktu dan usaha.

Treatment utama bagi anak-anak dengan ASD, adalah meminimalisir rasa tidak nyaman, rasa tidak berdaya, dan rasa frustrasi yang diakibatkan oleh tidak sejalannya keinginan dengan hasil yang didapat. Contohnya, seorang ASD dengan kesulitan berkomunikasi, sekeras apapun usahanya, orang-orang di sekitarnya tidak mengerti dan tidak merespon sesuai keinginannya, sehingga kemudian kemarahan atau bahkan kekerasan yang lebih dominan muncul, yang biasa disebut tantrum.
Lebih dikhawatirkan lagi, jika lingkungan sekitar secara terus menerus tidak memberikan dukungan yang cukup, maka anak dengan ASD akan terus merasa tak berdaya, tidak memiliki rasa percaya diri, dan takut untuk berhubungan dengan orang lain, misalnya menjadi "hikikomori", tidak keluar rumah atau berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut nijishougai 二次障害, ASD lanjutan.

Beruntung, jaringan pendukung anak dengan ASD sudah terbentuk dengan baik di Jepang, sejak pemeriksaan rutin, terutama usia 18 bulan dan 3 tahun yang seringkali menjadi momen pertama untuk menemukan indikasi ASD. Lalu badan-badan yang memberikan layanan konsultasi dan terapi melalui dinas sosial dan kesejahteraan, untuk usia pra sekolah di fukushi center 福祉センター, dan usia sekolah sampai 18 tahun di klinik tumbuh kembang pemerintah (disebut ryouikuen 療育園), dan program-program khusus dinas pendidikan yang disediakan di sekolah inklusif, tokubetsushiengakyuu 特別支援学級, dan tsuugakkyuu 通学級, selain sekolah khusus tokubetsushiengakkou 特別支援学校.

Satu hal yang menjadi catatan tersendiri, dukungan lingkungan bagi anak dengan ASD dalam pandangan anak-anak lain baik di sekolah maupun di rumah, seakan memperlihatkan bahwa anak dengan ASD seperti diperlakukan istimewa dan menimbulkan kecemburuan dan rasa tidak adil bagi anak-anak lain seusianya. Mengkomunikasikan perbedaan tumbuh kembang anak kepada anak-anak, adalah kendala lain yang harus ditemukan jalan keluarnya.

Saat ini sudah mulai banyak buku-buku tentang anak dengan ASD yang ditujukan untuk anak-anak. Buku yang sedang saya baca, memberikan contoh cara menjelaskan ASD kepada anak usia sekolah. Seorang anak dengan ASD, memiliki otak yang berbeda dengan kebanyakan, shousuunoha no nou wo motteiru, 小数の派の脳を持っている.

Untuk merasakan kesulitan seorang anak dengan ASD, bayangkan jika anda harus menjalani satu hari yang standarnya ditetapkan oleh mayoritas, oleh orang kebanyakan, yang melawan nalar anda, yang bertentangan dengan hasil penginderaan anda.

No comments:

Post a Comment