Tuesday, May 16, 2017

Inilah Bedanya Ibu Sukses Membesarkan Anak Laki-laki! 男の子を伸ばす母親は、ここが違おう! Nobufumi Matsunaga (1)

Sudah tau kalau tidak boleh membandingkan anak, baik dengan diri sendiri, saudara kandungnya, apalagi dengan anak orang lain. Tapi tetap saja, sedikit-sedikit saya mikir, "beda banget sama si Kakak!, apa karena anak laki2?". Akhirnya setelah membaca-baca curhatan di kuchikomi/ocehan netizen orang Jepang (biasanya saya pake chiebukuro, goo dan komachi yomiuri), dapet rekomendasi buku ini.
Baca prolognya, menyebalkan! Katanya anak laki-laki itu keberhasilan dan kebahagiaannya kelak ditentukan oleh "kejantanan". Biarpin pinter, pendidikan dan penghasilan tinggi kalau tidak menyenangkan nanti jadi bujang lapuk, gak laku! Karena toh wanita juga pinter, berpendidikan dan berpenghasilan tinggi juga :p. Mungkin karena yang baca ibu-ibu kali ya, jadi bete sendiri.
Tapi setelah membaca beberapa lembar, eh gak bisa berhenti. Buku ini dibagi menjadi 3 bab; Mengajar, Mendidik dan Tumbuh Kembang. Baru sampai di bagian mengajar. Beberapa poin penting yang tertangkap harus buru-buru ditulis nih, biar gak lupa.

1. Anak laki-laki baru serius bisa belajar mandiri di usia 14 tahun. Sampai usia itu, biarkan mereka bermain dan bergaul. Pengalaman bermain dengan teman sebaya, tanpa pendampingan orang dewasa sangat penting. Biarkan mereka berlatih mengatasi berbagai macam perasaan semisal, kesal, kecewa, marah, putus asa, tak berdaya dan lain-lain.

2. Ketimbang mengumpulkan banyak informasi, misalnya sekolah atau bimbel atau kursus yang bagus, dedikasikan waktu untuk benar-benar mengenal kepribadian anak. Pilihlah sekolah, bimbel atau kursus yang sesuai dengan kebutuhan anak, tidak "merampas" waktu anak di rumah/bermain/istirahat. Penulis lebih menyarankan belajar privat dengan guru yang datang ke rumah.

3. Dukunglah anak untuk belajar mata pelajaran yang disukai saja. Jika di mata pelajaran itu dia semakin berkembang, maka rasa percaya dirinya akan tumbuh dan tertantang menguasai pelajaran yang lainnya.

4. Kemampuan berhitung dan bahasa sangat penting, tapi kemampuan bahasa harus lebih ditekankan. Pintar berhitung pun toh mereka harus bisa mengolah informasi dan menyampaikan pendapat menggunakan keahlian bahasa dan berkomunikasi.

5. Kemampuan bahasa dan komunikasi diperoleh melalui kegiatan membaca, dan yang terpenting menulis. Kegiatan membaca yang disarankan adalah membaca dengan suara nyaring 音読 tapi bukan ala narator atau pembaca berita, tapi memotong kalimat dengan tepat sesuai preposisi (kalau bahasa Jepang jadinya postposisi, yang banyak sekali dan njelimet).

6. Kegiatan menulis yang disarankan adalah menulis buku harian. Caranya, pancing anak menceritakan apa saja topik pembicaraan yang ia sukai, usahakan sangat detil, lalu menggiringnya menuliskan apa yang baru saja ia ceritakan (aiiih mirip metode Charlotte Mason yah)

7. Tumbuhkan rasa ingin tahunya dengan biasakan menjawab 調べてみてね! coba kita cari lebih jauh yah. Sudah alamiah orangtua ingin memberikan jawaban yang terbaik atas pertanyaan "mengapa" dari anak-anak, rasanya puas (dan bangga dong) bisa menjawab pertanyaan mereka. Tapi sepintar-pintar orantua pasti ada topik yang tidak dikuasai, dan harus menjawab jujur "wah ibu/ayah tidak tahu, Nak". Jika anda menjawab dengan benar, maka anak akan menemukan pola "tidak tau--->tanya ayah/ibu----->jadi tau------>wah ayah/ibu hebat apa aja tau!". Jika ada menjawab tidak tau, maka anak akan menemukan pola "tidak tau----->ayah/ibu aja tidak tau---->ya sudah!. Tapi kalau ayah/ibu kemudian bersama anak-anak menggunakan berbagai macam cara untuk mencari tau bersama, maka anak mendapat alat bantu untuk memuaskan rasa ingin taunya, dan rasa ingin taunya terus tumbuh dan mendorongnya untuk semakin banyak bertanya/menyelidiki/belajar mandiri.

bersambung....

4 comments:

  1. Wah terimakasih bunda. Senang rasanya dapat ilmu dari buku jepang 😃

    ReplyDelete
  2. Bacaan menarik banget. Anak laki memang punya dunianya sendiri. Andai bisa bahasa Jepang lancar. Haha kejantanan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, liat judulnya aja udah klepek-klepek. Btw, saya juga gak lancar kok, tapi buku2 selfhelp gini memang dibuat sederhana bahasanya. Haha...yang nulis bilangnya kejantanan, praktiknya, laku-laki yang harus laku jadi partner buat anak plus merawat dan mendidik anak :)

      Delete