Wanita di Rumah Pemandian 湯の宿の女 oleh Yumie Hiraiwa
Judul : Wanita di Rumah Pemandian
Penulis : Yumie Hiraiwa
Penerbit: Kadokawa
Tahun : 1969
Jumlah halaman : 361
ISBN: 978-4-04-163020-4
|
Penulis Yumie Hiraiwa adalah penulis wanita yang sangat produktif. Selain menulis novel, juga menulis skenario untuk sinetron/dorama Jepang. Jumlah novel tulisan Hiraiwa sangat banyak dan beberapa meraih penghargaan bergengsi, seperti Naoki Prize tahun 1959. Konon, setelah memenangkan Naoki Prize ini produktifitasnya menanjak, terutama selama rentang 1960-1969 melahirkan beberapa novel terbaiknya. Padahal pada waktu yang sama, Hiraiwa juga menikah, hamil, dan melahirkan. Novel yang saya baca ini, termasuk novel yang ditulis pada masa tersebut, meskipun tidak termasuk karya yang banyak direkomendasikan. Hiraiwa juga mendapat penghargaan Bunka Kunsho, September 2016, atas kontribusinya terhadap kekayaan kebudayaan Jepang di bidang sastra. Karena baru saja memenangkan penghargaan inilah novel-novel Hiraiwa diletakkan di rak paling depan, dan saya memilih novel ini karena halaman depan-nya yang cantik.
Wanita di Rumah Pemandian adalah kumpulan 10 cerita pendek, cerpen dengan judul yang sama menjadi cerpen pembuka. Tokoh-tokoh dalam cerpen-cerpen ini adalah wanita, yang termuda berusia 16 tahun. Kebanyakan cerita menampilkan sosok wanita yang terpinggirkan, dengan berbagai macam alasan. Seorang janda, perawan tua, mantan wanita penghibur dan yang lemah secara ekonomi. Akhir setiap cerpen meninggalkan kesan perasaan lemah dan tidak berdaya. Bahkan pada cerpen dengan happy ending pun terkesan hanya karena faktor keberuntungan ala cinderella story. Tapi itulah mungkin kenyataan di masyarakat Jepang tahun 60-an.
Satu cerita yang menujukkan kekuatan seorang wanita adalah チンドン屋の娘 atau Gadis Penari Chindon. Chindon adalah grup pertunjukan yang biasanya diundang untuk meramaikan promosi, misalnya supermarket atau pasar tradisional. Si gadis chindon berusia 16 tahun ini awalnya malu dan malas mengikuti ayah dan kakak-kakak laki-lakinya bergabung dalam pertunjukan chindon. Tapi saat sang pacar yang seorang mahasiswa universitas elit melecehkannya dan bahkan mengejeknya "sok suci" padahal cuma seorang gadis chindon, dia bangkit dan melawan. Di akhir cerita, sang gadis chindon dengan bersemangat bergabung denga ayah dan kakaknya di setiap undangan pertunjukan chindon. Awalnya saya tidak tahu seperti apa chindon, dan setelah saya wiki, mungkin kalau di Indonesia semacam pertunjukan topeng monyet.
Gadis Chindon, foto dari wikipedia |
Novel ini lumayan sulit bagi saya, meskipun alur ceritanya sederhana dan merupakan kumpulan cerpen ringan. Mungkin karena setting tahun 60-an dan banyak menggunakan istilah-istilah yang baru saya dengar, misalnya アベック dibaca abekku yang dalam bahasa Jepang artinya menjadi "pasangan" atau "couple" yang ternyata diambil dari bahasa perancis avec atau dalam bahasa Inggris "with". Kedepannya mungkin saya akan mencoba membaca karya-karya yang direkomendasikan seperti, serial Onyado Kawasemi 御宿かわせみ Penginapan Kawasemi.
Comments
Post a Comment