Tuesday, October 18, 2016

Liburan Musim Panas yang Tak Biasa はじめてだらけの夏休み oleh Miako Tadano

Judul : Liburan Musim Panas yang Tak Biasa
Penulis : Miako Tadano
Jumlah Halaman : 257 halaman
Penerbit : Shoudensha
Tahun : 2016
ISBN 9784396342234
Seperti telah saya tulis di teaser buku ini, Liburan Musim Panas yang Tak Biasa menceritakan seorang anak laki-laki yang menghabiskan musim panas tanpa sang ibu yang harus tetirah di kampung halamannya karena menderita depresi. Sebagai gantinya, sang ayah, yang karena pekerjaannya selama ini jarang pulang ke rumah, yang akan menemaninya selama musim panas. Diceritakan dari sudut pandang seorang anak laki-laki menjelang usia 10 tahun, bernama Youta. Bagaimana ia pada awalnya merasa kenakalannya lah yang membuat ibunya depresi, dan pada akhirnya menyadari tidak ada yang bisa disalahkan, termasuk ketidakhadiran sang ayah selama ini. Walaupun pada awalnya sulit untuk menyesuaikan diri dengan gaya keseharian sang ayah, pada akhirnya Youta pun luluh, menikmati keberadaan ayahnya di rumah, bahkan untuk pertama kalinya pergi jauh, naik kereta cepat shinkansen untuk menjemput sang ibu pulang, agar bisa hidup bersama lagi sebagai keluarga yang utuh. 


Meskipun usaha Youta tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, tapi di akhir cerita penulis menyiratkan harapan Youta dan ayah ibunya akan baik-baik saja. Youta yang "dipaksa" untuk dewasa karena kondisi keluarga, sang ayah yang enggan bersikap dewasa sesuai tuntutan peran seorang ayah, dan sang ibu yang lelah secara psikis, mulai memahami kondisi diri dan keluarganya. Berikut beberapa petikan dari buku ini yang saya rasakan sangat menyentuh.

でも、ぼくは知っている。お母さんのせいじゃない。悪いのは、完全に、ぼくだ。p.10
Tapi aku tahu, bukan salah Ibu. Semua ini salahku.


お母さんはずるい。こうして、ごはんを炊けるのなら、料理もできて、掃除も、外出も、ひとりで電車に乗ることもできたなら、なぜ、ぼくを助けてくれなかたのだろう。p.32
Ibu curang! Ibu masih bisa menanak nasi, memasak, membersihkan rumah, bepergian, naik kereta sendiri juga masih bisa. Tapi kenapa Ibu tidak bisa bersamaku?

お父さんは考えこみ、「子どもは、子どもでいなくちゃ、だめなんだ。ちゃんと子どもでいさせてあげるためには、俺がちゃんと大人にならなくちゃいけない」。お父さんの顔じゅうを、しずくが伝っていく。いくつも、いくつも、いつまでも。寒くないのに、目のふしと鼻の頭が、かすかに赤い。雨のせいか、泣いているみたいにみえた。p.118
Ayah merenung. "Anak-anak tidak boleh dipaksa bersikap dewasa. Supaya mereka nyaman bersikap layaknya anak-anak, aku yang harus bersikap dewasa". Tetes demi tetes air mengaliri wajah Ayah, terus menerus tanpa henti. Mata dan ujung hidung Ayah sedikit memerah, padahal tidak dingin. Hujan membuat Ayah kelihatan sedang menangis.

どんなことも代わりばんこだ。夏がきて、冬がくる。朝がきて、夜がくる。お父さんがいて、お母さんがいる。夏と冬がいっぺんにこないのは当然だ。太陽と月も別々にしかのぼらない。だからといって、お父さんとお母さんが一緒にいられなくなることに、納得はできなかった。p.193
Segala sesuatu ada gilirannya. Musim panas dan musim dingin datang bergantian. Siang dan malam, silih berganti. Ada Ibu saat ada Ayah, sama mustahilnya dengan musim panas dan musim dingin yang datang berbarengan. Bukankah saat matahari tenggelam, baru bulan pun terbit? Tapi, kenyataan Ayah dan Ibu tidak tahan keberadaan satu sama lain, aku tidak bisa menerimanya!

でも、ぼくはうなずいた。ぼくとお母さんのいつものやりかただ。お母さんといると、ぼくは意見できない。お母さんが恐ろしくてではなく、安心させてあげたくて、つい、自分に嘘をついてしまう。p.216
Aku pun terpaksa mengangguk. Sudah kebiasaan antara aku dan Ibu. Saat bersama Ibu, aku tidak bisa jujur. Bukan karena aku takut padanya, tapi aku ingin ia tenang, maka aku lebih memilih membohongi diri sendiri.

お母さんの苦し気な顔をみていたら、ぼくは自分の間違いに気がついた。間違いは、たとえ具合が悪くても、お母さんはぼくと会えたら嬉しがるだろう。絶対に喜ぶはずだと、勝手に思いこんでいたことだ。お母さんをしあわせにするのも、ふしあわせにするのも、ぼくにしかできないことだと、わけもなく、ぼくは信じこんでいた。p.220
Melihat wajah Ibu yang kelihatan kepayahan, aku menyadari kesalahanku. Aku mengira separah apapun sakit Ibu, ia akan senang bertemu denganku. Pasti Ibu akan senang. Hanya aku yang bisa membahagiakan maupun menyusahkan Ibu. Entah mengapa, aku bisa-bisanya berpikiran begitu.

「お母さんも嫌だ。お父さんも嫌だ」。嫌だと言ったはずなのに、なぜだか、好きだと言っているみたいな声がでた。どうしても、ふたりを好きでいることがやめられない。そんな自分が一番いやだ。p.234
"Aku benci Ibu. Aku benci Ayah!". Benci, tapi nada suaraku seakan mengatakan sebaliknya. Bagaimanapun, aku menyayangi Ibu dan Ayah. Aku benci diriku sendiri, yang tetap saja sayang Ibu dan Ayah!

Mungkin perasaan Youta inilah yang disebut unconditional love atau cinta tanpa syarat kepada orangtuanya. Meskipun katanya kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah , mungkin tidak berlaku saat anak kita masih usia 0-10 tahun. Justru mungkin merekalah yang mencintai orangtua tanpa syarat, sementara orangtua tanpa sadar membandingkan anaknya dengan anak-anak lain yang sudah punya prestasi ini itu, yang shaleh, yang penurut, yang tidak menyusahkan orangtua dan lain-lain. Saat Youta menyadari kondisi yang ada, bukan salahnya, bukan pula salah ibu atau ayahnya, saya juga ikut merasakan kesedihan yang melanda Youta. Betapa semuanya berada diluar kendalinya, betapa tak berdayanya seorang anak usia 9 tahun menggapai hati kedua orangtuanya.



No comments:

Post a Comment