Seperti apa siy mainan yang baik itu? (bag 2)
Lanjuuuut.....
Pheeew....bacanya lama...summary-nya panjang....pegel juga euy. Tapi kalo dipikir2, ini aja baru yang standard ya...belom kalau kita mau nambah2in mainan untuk tujuan lain, misalnya mengajarkan membaca, mengaji, atau menanamkan nilai2 imtaq...apalagi untuk homeschooling. Waaaah....kebayang deh njelimetnya.
- Contoh Mainan yang Baik
- Tsumiki (blok kayu), poin penting yang harus diperhatikan dalam memilih tsumiki adalah dimensinya. Untuk anak usia 1.5 tahun ke atas katanya ukuran 3.5 cm itu pas banget. Dimensi maksudnya ukuran dasar untuk menyusun balok, misalnya dimensi 3 cm terdiri dari kubus (3x3x3) cm, balok ukuran (3x3x6) cm dan ukuran (3x3x9) cm. Jadi bisa disusun untuk mencapai tinggi yang sama. Bentuk standar kubus, balok, segitiga, bulat dan bola. Kalau yang berwarna pilih yang standar warna pelangi (mejikuhibiniu) atau warna dasar merah, kuning dan biru.
- Mama Goto (mainan rumah2an or masak2an), karena sekarang banyak dijual juga makanan atau sayuran main2an, jadi untuk mainan masak2an pilih yang cukup dalam sehingga dapat dimuati mainan2 tersebut. Juga jangan hawatir kalau anak laki2 juga punya mainan masak2an ini, karena sang anak tidak lebih dari hanya ingin meniru mamanya. Sebenarnya dengan alat masak betulan bisa saja anak asik bermain, tapi mainan katanya lebih baik untuk imaginasi anak dan supaya terbiasa membedakan mainan dengan alat2 masak sebenarnya untuk kehidupan sehari2, selain juga membiarkan anak merasa bebas bermain karena mainan kan miliknya sendiri.
- Telepon mainan (termasuk komputer mainan juga kali ya), perhatikan kemantapan anak memegang telpon (or ponsel) mainan ini, juga ukuran dan jarak antara tombol angka2nya, pastikan anak dapat menekan tombol yang diinginkan dengan mudah.
- Mainan yang mengeluarkan bunyi (termasuk alat musik), sebaiknya dipilih yang berbunyi jika ditekan atau dipukul sehingga anak tahu dari mana asal bunyi. Selain itu juga yang bisa diatur kekuatan bunyinya, misalnya drum, jadi anak tau kalau dipukul kencang2 bunyinya keras dan kalau dipukul pelan2 bunyinya lembut. Alat musik seperti piano kecil ataupun xylophone juga sangat baik. Meskipun cuma mainan pastikan disetel dengan baik jadi tidak sumbang. Alat musik juga baik karena bisa dimainkan bersama saudara, teman atau orang tua. Untuk xylophone, perhatikan jarak antar pelat jangan terlalu dekat atau terlalu jauh, dan pemukulnya sebaiknya yang tunggal karena biasanya koordinasi tangan kiri kanan anak belum berkembang dengan baik sehingga kalau memainkan xylophone dengan pemukul ganda dikhawatirkan suara yang keluar sumbang.
- Stuffed Dolls (Boneka kain), sebaiknya yang bisa dicuci keseluruhan bagiannya, tidak mudah lepas bagian2nya, bulunya tidak mudah rontok, dan tidak mengandung bahan yang mudah terbakar (ini kurang jelas nih maksudnya bahan seperti apa ya?). Karena biasanya boneka kain ini jadi "alat" untuk menyalurkan emosi anak maka sebaiknya pilih boneka kain yang ekspresinya netral (kalem maksudnya kali ya?), jadi bisa kelihatan ikut sedih kalau anak sedang sedih, kelihatan ikut marah kalau anak sedang marah dll. Jadi boneka yang ekspresinya sedang tertawa terbahak2 mungkin kurang bagus kali yaaa. Ukurannya juga harus pas, jadi enak buat digendong atau dipeluk, mudah untuk digantikan baju, bisa diposisikan sesuai keinginan anak. Boneka punggungnya datar lebih baik dari yang membulat, karena gak gelinding kan kalo ditidurkan he3.
- 5 Hal tentang Mainan yang Harus menjadi Perhatian Orang Tua
- Lihat, perhatikan kondisi anak saat bermain dan dengarkan keinginannya. Misalnya anak ingin mainan A ya belikan benar2 mainan A yang diinginkannya, jangan dibelikan yang mirip2 terus anak dipaksa2 supaya mau hanya karena menurut kita toh sama saja. Sebelum memberikan mainan untuk dimainkan juga pastikan kita memeriksa keamanan dan kebersihannya. Perhatikan juga partner bermain anak, misalnya karena bermain dengan kakaknya yang lebih besar belum tentu mereka akan bermain lebih tenang sehingga pengawasan bisa lebih kendor. Mainan juga perlu pengecekan dan perbaikan berkala, dan sebaiknya saat sedang memperbaiki mainan (misalnya menjahit bagian boneka yang robek) dilakukan di depan anak sehingga mereka tau betapa pentingnya menjaga dan merawat barang2 milik mereka. Kalau mainan sudah rusak dan harus dibuang juga harus dijelaskan baik2 kepada anak, kalau kita buang diam2 nanti anak mencari2 terus sedih deh mainannya dah gak ada.
- Ajarkan cara bermain, bagaimana cara memperlakukan mainan dan hal2 yang perlu diwaspadai (misalnya tali untuk main lompat tali jangan dililitkan ke leher yaa atau mainan yang menggunakan baterai atau listrik kalau sudah selesai main dimatikan yaa dsb). Untuk anak usia 4 tahun juga sebaiknya diajarkan untuk membereskan mainannya sendiri setelah selesai dimainkan. Untuk anak yang lebih muda sebaiknya diajak membereskan bersama2 atau ditunjukkan saat kita membereskannya. Oya, katanya kebiasaan kita membereskan mainan saat anak2 masih bermain juga kurang baik lho. Memang kelihatannya anak dengan entengnya bergonta ganti mainan, tapi sesungguhnya anak sedang menggunakan memorinya. Misalnya sedang main mobil2an tiba2 dia ingat punya buku bergambar mobil, lalu dia ambil buku itu, di sebelah gambar mobil ternyata dia lihat ada gambar anjing, lalu dia ingat punya boneka anjing, lalu diambilnya boneka anjingnya dst dst terus begitu seperti mata rantai. Kalau ibu lantas membereskan mainan yang sudah diletakkan maka mata rantai itu terputus, jadi di akhir hari saat anak tidak akan main lagi baru dibereskan sehingga anak mengetahui bahwa mata rantai mainan itu berakhir di kotak mainan.
- Siapkan beragam jenis mainan supaya anak tidak condong kepada memainkan satu jenis mainan saja. Tentu saja apapun bisa dimainkan anak, tapi untuk memenuhi kebutuhan anak akan "mainan" dalam arti khusus, maka lebih baik disediakan beberapa jenis mainan yaitu, 1) mainan untuk menggerakkan badan misalnya tali untuk lompat tali, hulahup, atau bola. 2) Mainan untuk meniru aktivitas orang dewasa misalnya ponsel mainan atau mainan masak2an. 3) Mainan sebagai "wadah" untuk menampung perasaan atau emosi anak misalnya stuffed dolls atau boneka barbie. 4) Mainan untuk aktivitas "membangun" sesuatu seperti blok, atau tsumiki. 5) Mainan yang bisa dimainkan bersama teman misalnya ular tangga, monopoli, trump dll. 6) Mainan untuk menulis atau membuat prakarya seperti kertas, gunting lem dll. Juga penting untuk memperhatikan kepemilikan mainan tersebut, mainan yang dimiliki bersama (untuk dimainkan bersama) dapat dinikmati karena faktor kebersamaannya, tapi mainan milik sendiri dapat dinikmati karena mainan tersebut hanya milik si anak (atau adanya perasaan memiliki). Nah, perasaan memiliki ini harus dihargai dan dipupuk, misalnya tidak membuang atau meminjamkan mainan anak tanpa ijin, atau membuatkan label nama anak untuk ditempel di mainan tersebut. Juga lebih baik menghindari membelikan satu mainan untuk dipakai bersama adik dan kakak, tapi dibelikan satu satu (duuh....berat juga nih). Membuatkan mainan untuk anak, atau membuat bersama2 dengan anak, atau malah mainan buatan anak itu sendiri juga sangat disarankan, selain mempererat hubungan ibu dan anak juga perasaan spesial karena memiliki mainan2 tersebut juga sangat penting.
- Rapikan mainan anak dan simpan di tempat yang mudah dijangkau anak. Sesekali (misalnya 3 bulan sekali) susun ulang mainan2 tersebut, karena biasanya mainan yang sudah jauh di dasar kotak mainan jadi jarang dimainkan atau mungkin anak sudah lupa bahwa dia memiliki maian tersebut. Juga rapikan tempat bermain anak, jangan sampai anak tersandung kabel, terbentur sudut meja dsb.
- Lain2 yang harus diperhatikan adalah 1) tetapkan tanggal tertentu untuk menghadiahkan mainan kepada anak, supaya anak mengerti membeli mainan itu adalah hal yang istimewa, 2) batasi permainan dengan computer game atau TV game setiap 45 - 60 menit lalu istirahatkan selama 5-10 menit, jarak dengan layar antara 4-10 kali tinggi layar, usahakan ruangan memiliki pencahayaan baik dan tidak ada sinar matahari atau lampu yang dipantulkan layar, dan anak juga harus duduk dengan posisi nyaman selama bermain, 3) hargai mainan anak yang berupa koleksi, meskipun misalnya koleksi itu kelihatan remeh seperti koleksi daun2 atau batu2, 4) pancing ketertarikan anak pada mainan yang penampilannya mungkin tidak menarik tapi memiliki arti penting sebagai mainan, contohnya blok atau balok kayu/tsumiki yang tampak tidak menarik tetapi kalau benar2 dicoba, maka anak kemudian mengerti keasyikan memainkan mainan tersebut, 5) biasakan anak mengucapkan terima kasih saat mendapat hadiah mainan dari orang lain (walaupun sudah punya mainan tersebut misalnya).
Pheeew....bacanya lama...summary-nya panjang....pegel juga euy. Tapi kalo dipikir2, ini aja baru yang standard ya...belom kalau kita mau nambah2in mainan untuk tujuan lain, misalnya mengajarkan membaca, mengaji, atau menanamkan nilai2 imtaq...apalagi untuk homeschooling. Waaaah....kebayang deh njelimetnya.
Comments
Post a Comment