Seperti apa siy mainan yang baik itu? (bag 1)
Saya perlu waktu lamaaaa sekali membaca buku ini...habis isinya tulisan semua (ya iyalah...buku gitu lho..bukan komik!). Tapi memang biasanya saya milih buku yang banyak ilustrasinya menyesuaikan dengan kemampuan membaca saya. Akibatnya, sekali diperpanjang pun belum selesai...mau diperpanjang sekali lagi ternyata gak boleh, harus nunggu. Akhirnya minggu lalu dapet
deh....terus dikebut biar selesai.
Menurut buku ini:
- Kriteria Mainan yang Baik
- Bisa membuat anak asyik memainkannya (gak bosenin kali ya maksudnya.)
- Berkat rajin memainkannya, kita bisa melihat pertumbuhan yang kita sukai dari anak kita (misalnya jadi mengenal bentuk dan ukuran karena main blok atau tsumiki).
- Standar Kemanan Mainan
Selain kemanan, perhatikan juga faktor ukuran. Mainan jangan terlalu kecil atau terlalu besar, karena anak akan kesulitan memainkannya. Juga pilih mainan yang stabil, mantap dipegang dan dimainkan anak sesuai umurnya, juga tidak memiliki bagian2 kecil yang mudah terlepas, misalnya stuffed dolls yang bulunya mudah rontok. Mainan juga sebaiknya bisa dan mudah dibersihkan, misalnya untuk stuffed dolls pilih yang bisa dicuci semua bagiannya (karena banyak juga yang cuma boleh dilap permukaannya saja).
Di Jepang, biasanya mainan yang lolos uji keamanan dilengkapi dengan tanda lulus uji ST (konon standar ujinya lebih ketat dari negara2 Eropa), tetapi untuk pengujian ini biayanya lumayan mahal, jadi tidak semua perusahaan mainan mengikutkan produknya dalam pengujian ini (implikasinya, ada juga mainan yang aman walaupun tidak tertera logo ST-nya). Ada juga beberapa tanda keamanan lainnya, misalnya SG untuk mainan yang besar2 seperti sepeda roda 3 atau mobil2an, dan SF untuk kembang api. Di Uni Eropa tanda lolos uji keamanan adalah CE. Tanda lolos uji keamanan ini tentu saja bukan berarti lalu kecelakaan dapat dicegah 100%, justru banyak kecelakaan yang terjadi karena tempat bermain dan cara memainkan yang tidak tepat, atau kurangnya pengawasan atau perhatian orang tua (jadi kalo anak lagi seneng masukin apa2 ke mulut ya jangan dikasih mainan kecil2), walaupun mainannya sendiri sebenarnya aman untuk dimainkan.
- Anak anda selalu ingin mainan ini itu, bagaimana harus menyikapinya?
- Jika anak sudah mencoba mainan tersebut dan ternyata suka, orang tua jangan ragu2 untuk membelikan mainan tersebut (tentu saja setelah memperhatikan kesesuaian umur dan standar keamanannya ya)
- Jika anak menginginkan suatu mainan karena teman2nya juga punya sebaiknya dilihat dulu, apa benar2 hampir semua anak punya mainan tersebut? bukan hanya untuk persaingan atau banyak2an misalnya, jika iya, maka sebaiknya dibelikan mainan tersebut supaya si anak tidak merasa "terkucil".
- Jika anak menginginkan suatu mainan karena melihat iklan di TV, koran, atau majalah maka harus diselidiki dulu apakah dia benar2 menginginkan mainan tersebut atau karena misalnya suka dengan film bertema si karakter tertentu (musim banget kan sekarang film anak2 yang dijual goodies-nya juga). Jika misalnya karena suka karena ada jagoannya saja berarti anak hanya menginginkan "image" si jagoan itu saja...gak perlu dibelikan tapi dibuatkan atau diajak memainkan peran si jagoan itu pun mungkin saja keinginan si anak sudah terpuaskan.
- Jika anak menginginkan suatu mainan untuk melengkapi koleksi yang sudah dimiliki, maka orang tua harus menyelidiki motif koleksi ini, kalau hanya sekedar untuk "adu banyak2an" dengan teman sebaiknya tidak usah dituruti...atau boleh saja menyarankan anak membelinya menggunakan uang sakunya sendiri.
- Jika anak menginginkan suatu mainan sebagai kenang2an, misalnya saat pergi ke tempat rekreasi, maka sebaiknya dipertimbangkan apakah harus berupa mainan, bila ada barang lain yang cukup buat kenang2an (misalnya kalau pergi ke pantai ya rumah kerang dll), maka sedapat mungkin tidak usah dibelikan.
Pesan lainnya yang penting adalah, apapun alasan anak anda menginginkan suatu mainan, sebisa mungkin pembelian mainan tersebut harus ditunda, misalnya dengan membelikannya pada saat ulang tahun atau sebagai hadiah naik kelas (di Jepang biasanya saat membelikan mainan adalah pada Hari Natal). Dengan menunda, selain (diharapkan) anak jadi belajar bersabar bila benar2 menginginkan sesuatu (jika dengan mudahnya lupa berarti ya anak gak bener2 pengen mainan itu kaaan), anak juga akan merasa betapa berharganya mainan tersebut sehingga akan dirawat baik2 nantinya. Salah satu tips yang disarankan penulis, sebelum berangkat ke toko mainan buatlah perjanjian dengan anak bahwa hari ini hanya untuk melihat dan mencoba saja tapi tidak akan membeli mainan apapun. Tentu saja orang tua juga harus konsisten lho yaa (sanggup gak ya...misale anak udah keburu nangis guling2an minta dibeliin).
Bersambung...
Comments
Post a Comment