Lanjutan "Tataplah anak-anak kita" こどもへのまなざし Masami Sasaki (9)
Setelah melewati masa remaja, masa pencarian identitas, anak-anak memasuki usia dewasa dan bersiap menjadi anggota masyarakat yang aktif. Penulis membahas masa remaja dan masa menjelang dewasa dengan sangat ringkas. Mungkin untuk menekankan bahwa pada masa ini adalah masa hasil dari 子育てupbringing, pengasuhan anak yang telah selesai. Masalah yang timbul selain merupakan hasil dari masa pengasuhan, juga pengaruh dari kondisi sosial masyarakat itu sendiri.
Permasalahan yang timbul dari kurangnya pengasuhan adalah minimnya rasa percaya diri, sulit mempercayai orang lain, merasa tidak dicintai dan tidak bahagia yang akhirnya berimbas pada perilaku kekerasan atau menarik diri dari lingkungan. Juga munculnya orang dewasa yang jiwanya masih seperti anak-anak, memiliki kecenderungan untuk lebih cepat marah tetapi di sisi lain kurang sensitif untuk merasakan kesedihan atau kegembiraan. Juga berlebihan dalam merasa superior atau inferior.
Permasalahan sosial yang menonjol adalah masyarakat yang "sakit" justru karena saat ini kondisi ekonomi sudah makmur dan tatanan masyarakat sudah ajeg. Akibatnya kita menjadi lebih sering menyalahkan orang lain/sistem/organisasi daripada mengoreksi diri sendiri, atau bersikap denial/penolakan atas kenyataan. Kita kehilangan sifat sabar dalam menghadapi manusia dan segala kekurangannya. Tidak sabar dan lekas menyerah dalam membina hubungan dengan manusia lain.
Akibatnya, terutama di perkotaan dengan populasi yang padat adalah merasa risih atau malas berurusan dengan sesama manusia, tapi di sisi lain enggan beranjak ke pedesaan karena masih merasa ingin dikelilingi manusia lain, walaupun tidak memiliki hubungan yang dekat dan hangat.
Menurut penulis, merasa nyaman berinteraksi dengan manusia lain adalah ciri paling mendasar manusia sebagai mahluk sosial. Perasaan ingin dekat dengan manusia lain masih ada, tapi kesulitan untuk mempercayai orang lain menghambat kita untuk mendekat, dan menerima orang lain apa adanya. Termasuk di dalamnya kesulitan untuk meminta tolong atau mencari bantuan saat menemui kesulitan atau hambatan, yang pada akhirnya mengurangi kemampuan manusia untuk bertahan hidup/survive.
Permasalahan sosial yang menonjol adalah masyarakat yang "sakit" justru karena saat ini kondisi ekonomi sudah makmur dan tatanan masyarakat sudah ajeg. Akibatnya kita menjadi lebih sering menyalahkan orang lain/sistem/organisasi daripada mengoreksi diri sendiri, atau bersikap denial/penolakan atas kenyataan. Kita kehilangan sifat sabar dalam menghadapi manusia dan segala kekurangannya. Tidak sabar dan lekas menyerah dalam membina hubungan dengan manusia lain.
Akibatnya, terutama di perkotaan dengan populasi yang padat adalah merasa risih atau malas berurusan dengan sesama manusia, tapi di sisi lain enggan beranjak ke pedesaan karena masih merasa ingin dikelilingi manusia lain, walaupun tidak memiliki hubungan yang dekat dan hangat.
Menurut penulis, merasa nyaman berinteraksi dengan manusia lain adalah ciri paling mendasar manusia sebagai mahluk sosial. Perasaan ingin dekat dengan manusia lain masih ada, tapi kesulitan untuk mempercayai orang lain menghambat kita untuk mendekat, dan menerima orang lain apa adanya. Termasuk di dalamnya kesulitan untuk meminta tolong atau mencari bantuan saat menemui kesulitan atau hambatan, yang pada akhirnya mengurangi kemampuan manusia untuk bertahan hidup/survive.
Comments
Post a Comment