Lanjutan "Tataplah anak-anak kita" こどもへのまなざし Masami Sasaki (6)
Dua kata yang sering muncul di buku pengasuhan anak bahasa Jepang adalah しつけ yang kalau diartikan bebas mungkin "mendidik" "mendisiplinkan" "mengajarkan sopan santun", dan 自立 yang artinya mandiri atau independen. Proses mendidik anak ini sangat erat kaitannya dengan menumbuhkan kemampuan anak untuk dapat mandiri.
Mendisiplinkan anak bisa sangat beragam bagi setiap orangtua karena perbedaan nilai maupun adat dan budaya. Maka penulis memberi contoh kasus yang bersifat umum; toilet training. Mengajarkan anak untuk bab dan bak di toilet. Penulis menekankan kembali pentingnya bersikap sabar, tidak terburu-buru dan tidak memaksa. Penulis sangat "keras" menekankan bahwa orangtua atau perawat yang merasa jijik membersihkan bab/bak anak/pasien tidak pantas menjadi orangtua atau perawat. Anak-anak belum mengerti bab/bak itu kotor sedangkan pasien/lansia memang secara fisik tidak dapat bak/bab sendiri. Bayangkan kalau orangtua atau perawat memperlihatkan sikap jijik atau bahkan marah saat harus membersihkan bak/bab anak/pasien! maka anak/pasien akan merasa bersalah dan malah ujung-ujungnya berusaha menahan bak/bab yang akibatnya lebih buruk bagi kesehatan mereka. Belum lagi "luka psikologis" yang diakibatkannya.
Mendisiplinkan anak bisa sangat beragam bagi setiap orangtua karena perbedaan nilai maupun adat dan budaya. Maka penulis memberi contoh kasus yang bersifat umum; toilet training. Mengajarkan anak untuk bab dan bak di toilet. Penulis menekankan kembali pentingnya bersikap sabar, tidak terburu-buru dan tidak memaksa. Penulis sangat "keras" menekankan bahwa orangtua atau perawat yang merasa jijik membersihkan bab/bak anak/pasien tidak pantas menjadi orangtua atau perawat. Anak-anak belum mengerti bab/bak itu kotor sedangkan pasien/lansia memang secara fisik tidak dapat bak/bab sendiri. Bayangkan kalau orangtua atau perawat memperlihatkan sikap jijik atau bahkan marah saat harus membersihkan bak/bab anak/pasien! maka anak/pasien akan merasa bersalah dan malah ujung-ujungnya berusaha menahan bak/bab yang akibatnya lebih buruk bagi kesehatan mereka. Belum lagi "luka psikologis" yang diakibatkannya.
Mendidik anak adalah proses yang panjang, ajari berulangkali, lalu hendaklah bersabar menanti hingga anak mengerti dan mampu (memutuskan untuk) mematuhi aturan. Sangat penting untuk menunggu dan memberi kesempatan kepada anak sampai mereka bisa melakukan segala sesuatu sendiri (ini yang disebut mandiri). Tapi bersikap terlalu terburu-buru akan cenderung menjadikan orangtua bersikap memaksa, yang walaupun mungkin bisa membuat anak cepat mandiri 自立 atau independen, tapi justru merampas kesempatan anak untuk memiliki sifat 自律 atau otonom (baik 自立 maupun 自律 dibaca sama jiritsu).
Anak yang secara keras dididik melalui paksaan (baik berupa perintah maupun larangan) akan kehilangan sifat otonom, yang akan mengakibatkan mereka kelak tumbuh menjadi perfeksionis, tidak dapat mengambil keputusan sendiri, atau merasa tak berdaya. Anak-anak yang cepat mandiri belum tentu akan menjadi anak yang otonom; dapat berpikir dan mengambil keputusan sendiri, jika itu dicapai melalui paksaan (baik melalui instruksi maupun karena kondisi lingkungan). Jadi bersabarlah, jangan tergesa-gesa.
==================
Membaca bagian ini kembali muncul perasaan "kambuhan" saat sedang membaca teori parenting; merasa bersalah. Apalagi membaca kata-kata penulis, "anak-anak hanya akan menjadi pintar membaca situasi dan air muka orangtua, lalu berusaha menempatkan diri, yang artinya mengikis kepribadian mereka sendiri". Ah....jangan hanya ajari saya apa yang harus dilakukan, tapi bagaimana melakukannya! *orangtua tidak otonom
Anak yang secara keras dididik melalui paksaan (baik berupa perintah maupun larangan) akan kehilangan sifat otonom, yang akan mengakibatkan mereka kelak tumbuh menjadi perfeksionis, tidak dapat mengambil keputusan sendiri, atau merasa tak berdaya. Anak-anak yang cepat mandiri belum tentu akan menjadi anak yang otonom; dapat berpikir dan mengambil keputusan sendiri, jika itu dicapai melalui paksaan (baik melalui instruksi maupun karena kondisi lingkungan). Jadi bersabarlah, jangan tergesa-gesa.
==================
Membaca bagian ini kembali muncul perasaan "kambuhan" saat sedang membaca teori parenting; merasa bersalah. Apalagi membaca kata-kata penulis, "anak-anak hanya akan menjadi pintar membaca situasi dan air muka orangtua, lalu berusaha menempatkan diri, yang artinya mengikis kepribadian mereka sendiri". Ah....jangan hanya ajari saya apa yang harus dilakukan, tapi bagaimana melakukannya! *orangtua tidak otonom
Comments
Post a Comment